Setelah Tumbangnya Kapitalisme

Komunisme, satu sistem di mana tidak ada pertentangan kelas, semua anggota masyarakat bekerja untuk hasil yang dinikmati semua, tidak ada pemilik modal yang menindas, tidak ada kepemilikan pribadi, ternyata tumbang. Negara yang dianggap sebagai lingkaran di luar yang berdiri mengatur agar tidak ada pertentangan kelas, ternyata gagal. Gagalnya bisa banyak sebab, IMPPO (in my pating pecothot opinion) di antaranya.

  1. Sama rata dan sama rasa, yang dianggap adil oleh banyak penganut komunis, sebagai bentuk yang paling ideal dalam hidup bermasyarakat, ternyata hanya bisa berjalan untuk masyarakat kecil jaman dahulu dimana sistem bermasyarakat belum kompleks, dan kuantitasnya tidak sebesar sekarang. Setiap manusia berbeda keinginan, beda motivasi. Itu alamiah. Dalam suku yang kecil, mungkin sekitar 20 orang, hal ini mungkin bisa berjalan. Setiap orang dapat memiliki satu motivasi tunggal. Dan penyelesaian pekerjaannya memang harus bersama-sama untuk memperoleh hasil akhir. Tapi dalam kehidupan bernegara, hal itu tidak mungkin. Masyarakatnya terlalu heterogen, baik dari segi motivasi, budaya dan cara kerja, serta banyak faktor lainnya.
  2. Masalah motivasi. Bagaimana mungkin sistem di mana orang bekerja lebih malas mendapat hasil yang sama dengan orang yang bekerja lebih giat bisa bertahan? Toh reward-nya sama saja, bekerja keras atau malas-malasan. Hal ini membuat motivasi para anggota masyarakat dalam sistem komunis menjadi drop. Berdampak pada kinerja yang seadanya, dan produktivitas yang buruk. Memang bisa dikembangkan bahwa bekerja itu mulia, dan menyelasaikan tugas itu adalah misi yang suci. Tapi tidak semua orang bisa menerima paham seperti itu, apalagi jika tidak ada reward dan punishment (terutama reward, sebab punishment pasti ada) yang memadai.
  3. Diktator proletar, memiliki masalah yang sama dengan diktator lain. Mereka cenderung menindas (meskipun penindasannya untuk mencegah pertentangan antar kelas muncul),  fasis (merumuskan kebenarannya sendiri, untuk diterapkan ke seluruh masyarakat) dan cenderung besar untuk korupsi.
  4. Perbedaan resource dan meningkatnya kompleksitas, membuat pemerintah tidak akan sanggup mengatur seluruh sendi kehidupan. Mungkin bisa dengan menebarkan ketakutan dan ancaman, tapi ini tidak akan bertahan lama. Dan menurut saya, hal ini bertentangan dengan paham komunisme itu sendiri. Pada akhirnya, terjadi lagi pertentangan kelas. Yakni antara kelas pekerja (masyarakat) dengan pemerintah.

Lalu di pihak lain, apakah kapitalisme bisa bertahan? Dari beberapa indikasi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi.

  1. Kapitalisme menguatkan kecenderungan pada pemusatan kapital. Meskipun negara hadir sebagai penyeimbang agar pemusatan itu tidak terjadi, faktanya negara tidak mampu membendungnya. Hukum pareto yang terkenal tetap saja berlaku. 80% modal di tangan 20% orang. Ketidak seimbangan ini adalah bom waktu. Jatuhnya satu dua lembaga, bisa menjatuhkan satu negara. Jatuhnya satu negara bisa menjatuhkan seluruh negara di bumi yang menerapkan sistem sama.
  2. Kapitalisme yang berpusat pada kepemilikan individu, tidak mempunyai jawaban terhadap keserakahan. Serakah adalah salah satu sifat dasar manusia, dan kapitalisme memupuk itu dengan perlindungannya yang besar terhadap individu. Keserakahan pulalah salah satu faktor yang menyebabkan krisis sub prime mortgage di USA yang menumbangkan beberapa institusi keuangan besar.
  3. Dalam kapitalisme sejati, negara tidak ikut campur dalam pasar. Memang dalam penerapan di beberapa negara, degree campur tangan ini bervariasi. Minimnya campur tangan pemerintah ini di sisi satu mendorong pertumbuhan, namun di sisi lain pasar sangat rentan.  Baik terhadap eksploitasi maupun terhadap kejatuhan pasar itu sendiri.

Jika menurut kaum sosialis komunis, komunisme negara adalah bentuk sintesa dari pertentangan kelas antara kaum pemegang modal (borjuis) dengan kaum pekerja (proletar), maka dialektika ini perlu disusun ulang. Komunisme adalah tesa. Kapitalisme adalah anti tesa. Apakah yang menjadi sintesanya? Saya sudah merasa bahwa kita di saat ini sedang berada di abad peralihan. Turning point, kata eyang Capra.

Sudahkah Anda memikirkan sintesanya? Bentuk peradaban baru? Mana yang bagus dari kapitalisme yang perlu dibawa ke dalam peradaban baru dan mana yang perlu dibuang? Mana pula dari komunisme? Bagaimana peran agama di sini? Apakah agama tetap sebagai urusan kepercayaan pribadi yang tidak ikut campur dalam urusan ini? Apakah yang menjadi cause? Awas, jangan sampai yang jelek dari keduanya, malah menjadi sintesa 🙂

Sebetulnya, penting nggak sih mikirin beginian? Kapan coding-nya yaaa? Oh ya, selamat hari raya idul fitri 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *