Sudut Pandang

Pada saat kita memandang dunia, pasti kita berdiri di suatu tempat. Dari tempat kita berdiri, kita bisa mendeskripsikan sesuatu. Misalnya saat di ragunan, disamping kandang gajah, saya bisa detail menggambarkan gajah. Berekor kecil, kakinya besar ada dua, mengingat kebetulan saya berdiri di belakang gajah. Keponakan yang berdiri di depannya, dapat mengambarkan gajah yang punya telinga panjang dengan belalai yang panjang. Keduanya tidak keliru. Namun keduanya tidak dapat menggambarkan secara utuh, karena harus berdiri di suatu tempat dalam menggambarkannya.

Begitu juga saat kita memandang sesuatu yang lebih abstrak. Masalah misalnya. Atau tantangan. Atau apapun. Tempat kita berdiri dan cara kita memandangnya sangat menentukan gambaran yang tertanam dalam kepala kita. Misalnya saya seorang programmer, saya memandang Linux sebagai kumpulan program. Saya seorang aktivis, saya memandang Linux sebagai gerakan sosial. Saya seorang pengusaha, saya memandang Linux sebagai sebuah peluang usaha.

Dibutuhkan latihan dan pengalaman yang banyak untuk dapat mengubah kacamata kita terhadap sesuatu. Tapi semakin lengkap kacamata yang kita pakai, semakin lengkap kita memperoleh gambaran tentang sesuatu, kita akan tahu cara merespons yang paling tepat. Bayangkan jika Anda bisa memandang Linux misalnya, dari kacamata programmer, kacamata aktivis maupun kacamata pengusaha. Kemampuan membayangkan dan menghayati bayangannya, akan mungkin jika kita pernah berdiri di beberapa tempat dalam melihat sesuatu.

Itu saja yang mau saya tulis. Beberapa minggu terakhir, Tuhan telah menganugerahkan saya untuk dapat beberapa kali berpindah tempat berpijak sehingga semuanya terlihat berbeda. Paling tidak, jadi paham apa maksudnya, ‘aku adalah apa yang aku pikirkan’. Pernahkah Anda membayangkan bagaimana Muhammad SAW memandang dunia? Dimana beliau berpijak?

2 tanggapan pada “Sudut Pandang

  • Januari 8, 2009 pukul 11:18 pm
    Permalink

    Saya sering melihat dari balik kacamata hitam, enak, gak silau ama sinar matahari. Kadang memperhatikan memakai kacamata hitam juga lebih enak, soalnya yg diperhatikan ndak sadar. hihihihi gak nyambung.

  • April 6, 2009 pukul 8:58 pm
    Permalink

    Miturut saya, Nabi Muhammad SAW memandang dunia tamtunya ya, mula2 melihat kondisi penduduk Arab waktu itu, bobrok, maka perlu dibenahi, lalu melihat lebih jauh negara2 lain diskitar jazirah Arab, perlu di islamkan maka ditulis utusan. Tetapi belia melihat lebih jauh lagi, Cina misalnya, lho kok lebih maju dari Arab, maka diperintahkan beliau ‘ … belajarlah sampai kenegeri Cina …..’
    Apa begitu yang Anda maksud ? atau ……

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *