Strategi

Strategi - image by tim MaherDari sekian banyak pilihan yang ada dihadapannya, mana yang harus diambil? Setiap detik, ia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ke kiri? Ke kanan? Jalan terus? Bertahan terhadap profesi sekarang? Pindah kerja? Lewat mana ke kantor hari ini? Seringkali keputusan diambil tanpa sadar. Otomatis ke kantor lewat jalan yang itu. Setiap akhir pekan juga melakukan kegiatan yang itu. Semua serba bawah sadar. Setiap jam. Setiap hari. Setiap minggu. Setiap tahun. Kadang ia merasa waktu berlalu begitu cepat.

Sesungguhnya hidup digerakkan oleh tujuan. Mungkin hampir 90% manusia di bumi, di jaman ini, tujuan utamanya menjadi kaya. Termasuk dirinya. Meskipun setiap hari ia tenggelam dalam aktivitasnya, namun dalam hati ia ingin sekali punya banyak kekayaan. Karena itu berarti bebas memilih. Bebas memiliki. Keinginannya terpenuhi.

Namun karena aktivitasnya dilakukan lewat bawah sadar, ia seringkali lupa bahwa kegiatannya itu menjauhkannya dari tujuannya. Ia tetap dengan pekerjaannya meskipun gajinya kecil. Dia sudah lupa bahwa ia berhak memperoleh rumah yang lebih besar karena sudah bertahun-tahun tinggal di rumah kecil gang sempit. Semua karena ia melakukan aktivitasnya di bawah sadar, sehingga lupa dengan tujuannya.

Terkait tujuan, sebetulnya ada tujuan-tujuan lain yang mungkin sekarang tidak laku. Menjadi manusia yang bermanfaat. Menjadi hamba Tuhan yang paling taat. Menjadi orang yang disegani dan dihormati orang lain. Menjadi wakil Tuhan di muka bumi. Wakil lho ya, bukan menjadi Tuhan. Tujuan-tujuan ini terlihat saat seseorang mengerjakan sesuatu, meskipun sekarang menjadi kabur, atau sengaja dibikin kabur. Sebab apapun yang dilakukan, Anda akan berkesimpulan, ujung-ujungnya duit. Saya yakin, ada yang tidak begitu meskipun sekarang jarang bertemu.

Terlepas dari tujuannya, Ia seharusnya selalu mengingat dalam kegiatan sehari-hari apa tujuannya. Sehingga saat ia melakukan kegiatan auto pilot, kegiatan bawah sadar, ia tersadar kembali dan mengingat tujuannya. Lalu  dipetakan di kepalanya bagaimana kembali ke tujuannya. Jalan mana yang harus ditempuh untuk mencapainya. Sebab ia yakin, bahwa antara titik dia berdiri dengan tujuannya, ada satu garis lurus yang membuatnya mencapai secara lebih cepat.

Menarik garis lurus dari tempatnya berdiri kepada tujuannya, dan melaluinya dengan selamat, butuh strategi. Sebelum menyusun, dia melihat-lihat dulu. Di mana dia berdiri. Apa yang dia miliki. Apa halangan dan rintangan di depan yang menghalangi dia dengan tujuannya. Proses ini paling sulit, dan kebanyakan orang malas melakukannya. Tapi ini wajib, karena titik awal dan titik tujuan akan sangat menentukan langkah mana yang akan diambil, dan jalan mana yang akan dilalui. Dan denganini pula, kapan dia berkata tidak, kapan berhenti dan kapan menggeser langkah.

Strategi memungkinkan dia melakukan aktivitas dengan kesadaran penuh. Setelah diagnosa tempat berdiri dan tujuan yang akan dicapai, ia membuat semacam langkah-langkah penuntun. Di mulai yang paling dekat, bisa dilakukan dan bisa diukur. Kondisi yang terukur ini penting, agar saat kita melaluinya kita tahu bahwa kita sudah melaluinya.

Selain menyusun langkah penuntun dari batu loncatan yang paling dekat, bisa juga disusun dari batu loncatan yang paling jauh. Artinya batu mulai dari batu terakhir sebelum tujuan tercapai. Ini sering disebut sebagai ‘backward planner‘ atau perencanaan mundur. Misalnya dia ingin lulus kuliah. Pertama, ia harus wisuda. Lalu sebelumnya ia harus lulus ujian. Lalu sebelumnya lagi ia harus sidang skripsi. Selesai skripsi bab terakhir. Dan seterusnya.

Dalam mencapai batu loncatan-batu loncatan yang ada, yang penting untuk diingatnya adalah ‘weakest link‘ – mata rantai terlemah. Titik mana dia yang paling lemah. Kondisi seperti apa dia lemah. Jika dalam mencapai tujuan membutuhkan bantuan beberapa orang, titik bantuan mana yang paling lemah. Karena sesungguhnya titik lemah itu, adalah perwakilan dari kemampuannya untuk menjalankan strategi.

Satu tanggapan pada “Strategi

  • Desember 26, 2016 pukul 7:12 pm
    Permalink

    Intinya dalam hidup harus memiliki sebuah keyakinan dan selalu berpegang teguh pada keyakinan tersebut! Segala sesuatu sudah pasti ada konsikuensinya,kegagalan hanyalah langkah awal dari sebuah kesuksesan. Jika kita mampu untuk melewatinya,sukses hanya tinggal menenggu waktu saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *