Bagaimana Konsisten Terhadap Tujuan Sulit?

Konsisten terhadap tujuan

Konsisten terhadap tujuan bukanlah hal yang mudah. Kita hidup hampir sebagian besar digerakkan oleh alam bawah sadar. Karena sudah terlalu sering melakukannya, otak secara otomatis akan membangun kemampuan untuk dapat menjalankan satu aktivitas tanpa proses berfikir. Ini menjadi kebiasaan yang membentuk diri kita saat ini. Lalu, bisakah kita hentikan kebiasaan buruk atau membuat kebiasaan baru untuk hal-hal yang sudah mendarah daging? Bisa. Begini caranya.

Sebelum lanjut, cara konsisten terhadap tujuan ini sudah saya praktekkan sendiri dan berhasil. Cara ini saya baca dari blog Nir Eyal. Pertama kita bedakan dulu antara kebiasaan dan rutinitas. Kebiasaan bisa kita lakukan tanpa usaha. Sementara, rutinitas butuh usaha. Contoh, berangkat ke kantor adalah rutinitas. Sering terjadi kita malas, dan butuh menyemangati diri untuk berangkat. Meskipun Anda lakukan tiap hari, tapi itu bukan kebiasaan karena Anda perlu pendorong. Nah yang kita ‘gempur’ di cara ini adalah bagaimana membentuk rutinitas, terutama jika Anda ingin mencapai tujuan tertentu.

Bagaimana Caranya?

  1. Pilih rutinitas yang ingin Anda kerjakan. Contoh misalnya lari setiap pagi.
  2. Ambil uang Rp. 100.000 (atau berapapun yang Anda merasa sayang untuk kehilangan).
  3. Lipat dan masukkan dompet terpisah. Usahakan untuk terlihat setiap hari, dan mudah Anda jangkau tapi tidak tercampur dengan uang Anda. Bisa juga tempel di tempat yang Anda lihat saat akan melakukan aktivitas dituju.
  4. Lalu buat janji pada diri sendiri, jika Anda tidak lari di pagi itu, sobek-sobek uang Anda.
  5. Jika Anda memang tidak melakukannya, lakukan benar-benar langkah ke 4. Dan siapkan uang baru.
  6. Jalankan dan lihat hasilnya dalam seminggu, atau dalam rentang waktu yang Anda inginkan sendiri

Apakah berhasil? Saya coba sendiri dan berhasil. Cara ini juga berlaku untuk menghentikan kebiasaan buruk, seperti merokok atau ngemil di luar jam makan.

Loss Aversion

Kenapa cara ini berhasil? Landasannya adalah teori yang bernama loss aversion, pertama kali dikemukakan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman. Orang memiliki tendensi untuk menghindari kehilangan sesuatu daripada memperoleh sesuatu. Ini adalah perluasan teori dari endowment effect, orang lebih suka membayar lebih banyak agar tidak kehilangan sesuatu daripada untuk memperoleh sesuatu. Orang juga merasa keberatan untuk menukar barang yang sudah dimilikinya dengan barang lain, meskipun nilainya sebanding.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *