Netral

“Jika Anda mendatangi suatu masalah, cobalah untuk netral dan tanpa pretensi. Lalu analisa dengan obyektif”

“Sebagai pelaku media atau jurnalis, kita harus netral..” 

“Dalam hal ini, saya memilih bersikap netral dan tidak berpihak”. 

Seringkali kita dengar ajakan atau seruan untuk bersifat netral. Menurut saya itu nonsense. Nill. Void. Tidak berarti apa-apa. Setiap manusia hidup haruslah berpihak. Setiap subyek punya keberpihakan. Bahkan yang mengaku netralpun pada dasarnya berpihak.

Netral Terhadap Suatu Masalah
Pada saat kita menghadapi suatu masalah, sejak awal kita pasti sudah berpihak. Dalam akademis mungkin dikenal dengan asumsi-asumsi awal. Ataupun kalau kita melepaskan diri dari permasalahan yang bersangkutan dengan tujuan agar dapat melihat masalah lebih jernih, tetap saja cara kita berfikir, cara kita mengambil keputusan, cara otak kita menyimpan mana kata-kata yang digunakan, mana kata-kata yang melekat di otak sangat tergantung pada pengalaman kita, nilai-nilai yang dianut, apa yang dianggap penting dan tidak. Jadi tidak ada yang namanya netral atau obyektif.

Media yang Netral
Kalau ada media yang netral, itu tidak benar. Setiap media haruslah berpihak. Ini contohnya. Perhatikan pilihan kata dalam memuat judul. Pilihan berita mana yang dimuat di depan dan dibelakang. Mana yang dimuat dan mana yang tidak dimuat. Pilihan naratif dalam mendeskripsikan orang atau sebuah berita. Semua pilihan itu menunjukkan bahwa media tetap harus berpihak. Paling tidak berpihak pada misi/visinya. Berpihak pada visi/misi wartawan/editor ataupun stakeholder dari media yang bersangkutan.

Kepada Siapa Kita Berpihak?
Kalau ada yang bilang ‘saya pilih netral aja deh..’ maka kemungkinan besar pihak yang bersangkutan oportunis (paling tidak begitu menurut pengalaman saya). Atau tidak mau memikul tanggung jawab sebuah pilihan. Lalu pada siapa kita berpihak? Nilai-nilai yang umum adalah, berpihak pada rakyat Indonesia. berpihak pada umat muslim, kristen, budha dll. Berpihak pada nilai-nilai yang masuk akal. Berpihak pada kebenaran. Klise? Emang penting gitu?

Satu tanggapan pada “Netral

  • April 6, 2009 pukul 9:10 pm
    Permalink

    Netral dan obyektif beda. Sikap netral belum tentu obyektif dan juga sebaliknya sikap onyektif belum tentu netral. Sangat tergantung kepada pihak2 yang menilai, yang dinilai dan pihak penonton/pengamat.
    Berpihak pada siapa? Kalau saya berpihak pada nurani saja. Nurani tidak pernah menipu. Kecuali Nur Aini ananknya si mbok anu itu hahahah ….. Maaf yaaa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *