Ini mau nulis laporan nonton megadeth berbulan-bulan lalu. Males mau nginget bulannya.
Pertama tentang teman nonton. Nggak ada satu temanpun yang saya kenal, mau nonton megadeth. Mungkin kenalan saya sekarang bukanlah penikmat aa Mustaine. Ada satu orang, Diung, teman Wanadri yang kerja di Female radio. Tapi dia mau nunggu tiket gratis dari kantornya. Dan tiket biasanya datang beberapa hari atau jam menjelang hari H. Saya nggak mau beresiko, beli sendiri saja. Resiko lainnya, nonton sendiri.
Kedua tentang tiket tempat nonton. Mau pilih festival atau VVIP? Yang VIP nggak enak. Nontonnya miring. Akhirnya milih yang VVIP. Titip adik ipar ke ibu Dibyo. Mau pesan ke Raja Karcis, suruh dateng sendiri dan tempatnya di Manggarai deket rel. Agak aneh untuk sebuah ticket box. Menjelang hari H, Diung ngabarin kalau dia sudah dapat 2 tiket festival. Apa daya saya sudah pegang tiket sendiri, yang saya pelototin melulu pas bengong. Akhirnya, Megadeth.
Hari H, datang sendiri. Janjian ma Diung tapi masih di kantor dan belum selesai. Setelah menunggu habisnya 3in1 di Al Azhar sambil makan somay, saya cari tempat konser. Muter-muter. Tempatnya di Tenis outdoor. Ternyata masuknya dari jalan Asia Afrika atau sebelah barat Senayan yang menuju plasa Senayan (pintu barat). Eh koreksi, masuknya pintu selatan agak barat. Dari lampu merah kira-kira 10 meter. Udah lah, nggak penting. Yang penting konsernya.
Dibuka dengan Take No Prisoner.. saya lupa. Tapi daftar lagunya kenal semua. Symphony of Destruction, Hangar 18, Tout Le Monde, Peace Sell but Who’s Buying?. Dan terakhir, Holywars..Punishment Due, lagu favorit saya. Cuplikan liriknya:
Brother will kill brother
Spilling blood across the land
Killing for religion
Something I don’t understandFools like me, who cross the sea
And come to foreign lands
Ask the sheep, for their beliefs
Do you kill on God’s command?A country that’s divided
Surely will not stand
My past erased, no more disgrace
No foolish naive standThe end is near, it’s crystal clear
Part of the master plan
Don’t look now to Israel
It might be your homelandHoly wars
Secara keseluruhan, bagus sekali. Mustaine masih belum kehilangan stamina meskipun sudah gaek. Gayanya masih begitu-begitu saj, seperti di videonya (Wake Up Dead), namun justru itu membuktikan konsistensinya. Hehehe. Namanya orang kalau suka terhadap sesuatu, apa aja terlihat bagus.
Cuma sayang yang nonton sedikit. Juga Mustaine lebih pendiam. Coba ngobrol di tengah-tengah konser, tapi kayaknya yang diajak ngobrol nggak ngerti. Ada beberapa penonton bule yang kelihatannya ngintil kemanapun Megadeth konser.
Yang cukup unik, di sebelah saya suami istri. Istrinya lagi hamil tua. Sementara suaminya hampir hafal seluruh lirik. Menyanyi bareng Mustaine sambil mengelus-elus perut istrinya. Entah apa ingin anaknya seperti Mustaine, atau mendoakan anaknya dengan lirik-lirik lagu Megadeth. Setahu saya nggak ada lirik Megadeth yang bisa dibuat doa. Baca aja contohnya di atas. Rata-rata begitu semua. Sinisme. Perang. Kebodohan politikus. Dunia yang absurd. Halah..
Kesimpulannya, puas puas puas dan puas. Masih kurang. Perasaan cepet selesai. Ketemu Diung pas abis konser. Rokoknya saya kasih ke dia. Pulang dengan suara serak dan leher agak pegel (Apa hubungannya konser Megadeth sama leher pegel?).
pegel? moshing?
@azil, nggak sebuas itu 🙂 paling cuman angguk-angguk ‘dikit’.
hahahahaaa..
mas mungkin yang bapak tadi bawa bawa istrinya yang hamil,mungkin biar anaknya jadi bintang metal…