Kebijaksanaan Kerumunan

Kalau ngomongin web 2.0, pada dasarnya ngomongin kerumunan (crowds). Setiap orang berhak membuat blog. Setiap orang boleh mengisi wikipedia. Aplikasi belum matang, boleh disampaikan ke publik. Beta forever. Lalu di web-web social networking, setiap orang bisa bersuara, menampilkan data pribadinya, dan semua orang tiba-tiba menjadi terkenal bak seleb. Foto tampak atas, bawah, samping depan, kiri bawah dan seterusnya. Ala ‘piss men’ (tempat pipis mana men?) atau imutable (maksudnya ala ter-imut sejagad Internet). Setiap orang pun berhak menerbitkan berita (jurnalisme warga negara/citizen journalism).

Ada berita baik dari hal itu. Dunia sudah semakin datar. Internet menembus ruang birokrasi, dan kasta-kasta vertikal, menjadi satu kasta saja. Penduduk Internet. Semua punya hak yang relatif sama (kecuali beberapa hal teknis seperti nama domain atau alokasi IP). Jika Barack Obama dapat membuat blog, saya juga bisa. Bedul juga bisa. Jika Lionel Messi bisa mejeng profile di facebook, saya juga bisa. Bernarsis ria.

Tapi ada pula yang skeptis. The cult of amateur, atau pendewaan terhadap amatiran, adalah salah satu usulan yang paling skeptis tentang web2.0. Bayangkan jika profile Anda ada di wikipedia, dan di isi oleh orang-orang yang membenci Anda. Atau bayangkan suatu saat Anda sedang menyusun tesis tentang evolusi, dan saat mencarinya di google, halaman yang Anda dapatkan adalah blog-blog gurauan tentang manusia monyet.

Kebudayaan yang didasarkan pada kerumunan juga ladang tumbuh suburnya memetika. Pernah terima email tentang cara mengatasi stroke dengan sedotan? Atau seseorang yang akan memformat hardisk Anda saat membalas pesan dari yahoo messenger nama tertentu. Hoax, berita palsu yang biasanya menuju ‘rasa aman’ manusia, sangat subur dan mungkin akan hidup selama Internet masih hidup.

Apa yang menjadi point tulisan ini? Sebetulnya kegelisahan sedikit saja, mengingat Internet sudah semakin riuh rendah. Terlalu banyak noise daripada voice. Tapi itu bukan sebagai sesuatu yang keliru. Dalam Internet, sampah bagi seseorang adalah harta karun bagi orang lain. Itulah makanya pendekatan Wikipedia lebih berhasil daripada Encarta Encyclopedia (imppo).

2 tanggapan pada “Kebijaksanaan Kerumunan

  • Oktober 21, 2008 pukul 5:20 pm
    Permalink

    kangen internet seperti sediakala?

    Nggak juga.. memang seharusnya seperti sekarang. Gimana, anak sehat?

  • Oktober 22, 2008 pukul 5:18 am
    Permalink

    Entry pertama di blog anti.koen.cc, isinya kurang lebih serupa dengan semangat cult of amateur ini. Menarik juga :).
    Hey, aku di Jakarta. You know my phone number :).

    Yes sir. Segera bergerak..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *