Bisnis marketplace, atau dalam bahasa kita bisnis makelaran memang nggak pernah ada matinya. Dalam bisnis ini, kita membuat lapangan, dimana penjual dan pembeli bertemu. Uber adalah salah satunya. Bisnis Uber dianggap sebagai model bisnis yang paling disruptif (mengganggu ekosistem bisnis yang sudah ada), Uber memiliki potensi pertumbuhan bisnis yang tinggi.
Dimulai sejak 2009, sebagai perusahaan yang memberi layanan sewa mobil lux di San Fransisco, perusahaan ini sekarang bernilai $3,76 milyar dan beroperasi di 35 kota di seluruh dunia. Di bulan Agustus 2014, Google Ventures mempercayakan dananya sebesar $258 juta – sekitar 85% dari seluruh operasinya (sekitar $300 juta budget per tahun), tentu punya alasan bagus. (Sumber). Pendapatan Uber naik 18% setiap bulannya dan di tahun 2014 mereka berkembang dari 75 karyawan menjadi 300 orang. (Sumber)
Cara Kerja Uber
Buat yang belum familiar, kerja Uber seperti ini. Kebayang Anda sore hari, hujan, macet di mana-mana dan pas jam pulang kantor, lalu pesan Taksi. Bisa jadi beberapa jam kemudian taksi baru datang. Belum lagi jika taksinya lupa nyalain argo dan minta harga borongan.
Dengan Uber hal ini bisa dihindari. Anda memesan taksi cukup lewat smartphone, yang digabungkan dengan Google Maps. Anda bisa lihat ketersediaan taksi disekitar Anda. Bahkan Anda bisa tahu profile pengemudinya, rating yang diberikan oleh pengguna lain. Setelah sampai tujuan, aplikasinya yang akan langsung memotong kartu kredit Anda. Tidak perlu tips. Tidak perlu ribut karena supir lupa menyalakan argo. Bahkan ada panic button, yang bisa Anda tekan jika keamanan terganggu oleh supir. Dan supir serta kendaraannya selamanya diblacklist dari Uber.
Kenapa Disruptif?
Dapat Anda bayangkan bahwa Uber mengancam bisnis taksi konvensional. Di beberapa tempat, bahkan di Jakarta Uber ditolak beroperasi. Belum lagi masalah potensi pajak yang hilang untuk negara. Meskipun demikian, selama pelayanan taksi masih tidak nyaman, Uber akan tetap menjadi alternatif terbaiknya.
Pengembangan Bisnis Uber
Meskipun berawal dari pemesanan taksi lewat app, yang menghubungkan pemilik mobil dengan penyewa, Uber punya potensi yang besar. Â Saat ini pengembangan bisnis Uber dipicu empat hal berikut:
Michael Wolfe, seorang pengusaha dan komentator teknologi menjelaskan:
- Jika Anda pikir Uber merupakan perusahaan mobil perkotaan yang beroperasi di beberapa kota, maka Uber tidak besar.
- Jika Anda pikir Uber mendominasi pasar mobil yang berkembang di perkotaan, maka Uber akan lebih besar lagi (catatan: saat ini muncul lebih banyak mobil sewaan hitam versi Uber dari pada mobil hitam sewaan yang sudah ada sebelumnya).
-
Jika Anda pikir Uber menyerap pasar taksi, Uber akan menjadi cukup besar.
-
Jika Anda pikir Uber menghadirkan taksi di belahan kota dunia yang belum ada taksi karena kurangnya kepadatan, itu jauh lebih besar lagi.
-
Jika Anda pikir Uber sebagai layanan pengiriman kebutuhan pribadi seperti mengantarkan anak Anda ke sekolah dan menjemputnya kembali, membawa orang tua Anda ke bandara, menjemput Anda untuk kencan, maka Uber menjadi sangat-sangat besar.
-
Jika Anda pikir Uber mengantarkan orang atau barang (paket, cucian, belanjaan) akan menjadi lebih besar lagi.
-
Jika Anda pikir Uber adalah pengganti mobil kendaraan, itu akan menjadi lebih besar lagi.
-
Jika Anda gabungkan antara mobil tanpa pengemudi, diatur oleh Uber, maka akan berkembang lebih besar lagi.
-
Jika Anda pikir Uber adalah super komputer yang mengorkestrasi pengiriman jutaan orang dan barang di seluruh dunia (seperti Cisco, namun yang diantar bukan paket data, melainkan manusia atau barang secara fisik) maka Uber dapat menjadi perusahaan yang terbesar di dunia. (Sumber)
Demikian pola pikir yang menarik untuk mengembangkan bisnis agar lebih besar lagi. Bagaimana dengan bisnis Anda?