Memulihkan Ingatan yang Hilang

Ingatan saya ada batasnya. Meskipun saya pernah membaca puluhan buku, hampir semua akan hilang begitu saja. Hanya beberapa yang tertinggal. Itupun tidak jelas. Saya juga telah menonton ratusan film. Beberapa film hilang begitu saja. Saat menontonnya lagi, saya tidak pernah mengingatnya. Hanya kilasan-kilasan kecil bahwa saya pernah melihat frame itu, tanpa ingat apa urutannya.

Apakah semua ingatan itu sia-sia? Apakah perannya cuma untuk memperkaya pada saat saya mengambil keputusan-keputusan dengan menyalakan beberapa neuron yang dulu pernah menyala saat melihat sesuatu? Mungkin tidak salah jika saya simpulkan bahwa ingatan hanya bermanfaat saat itu. Membunuh waktu itu, dan hilang tercecer di antara ingatan-ingatan kita tanpa pernah bisa kembali lagi. Kita hanya menggantinya dengan tumpukan ingatan baru.

Emosi

Ada beberapa ingatan yang tetap tinggal lebih lama. Ingatan yang melibatkan emosi. Tepatnya emosi yang menyakitkan. Sedih, marah, kecewa. Ini memang mekanisme dasar bertahan hidup manusia. Otak memang harus mengingatnya supaya ke depan kita bisa menghindari apa yang menjadi pemicu. Dan banyak sebagian orang yang tidak bisa menghindarinya meskipun tahu, akhirnya stres, dan mengundang penyakit-penyakit lainnya. Seperti lingkaran. 

Emosi yang membahagiakan juga bisa membantu ingatan bertahan, meskipun tidak sedalam emosi yang menyakitkan. Pagi yang cerah, keluarga yang mendukung, finansial yang mencukupi. Semua menimbulkan rasa aman, dan berujung pada kebahagiaan. Tapi seringkali, ingatan-ingatan yang menyertainya tidak cukup besar bertahan lama. Kita hanya ingat bahwa itu membahagiakan.

Kesalahan yang kita lakukan sendiri, tentu lebih mudah diingat dan tertanam daripada kesalahan yang dilakukan orang lain. Kita memang tidak diprogram untuk belajar dari kesalahan orang lain. Kita tidak merasakan kesakitannya untuk membuat ingatan itu bertahan. Menurut Nassim, kita harus mengalaminya sendiri. Skin in the game.

Pengulangan dan Catatan

Lalu bagaimana mempertahankan ingatan-ingatan? Ada beberapa hal yang jika diingat akan membuat kita lebih baik. Satu cara yang pernah saya alami adalah membawa emosi dalam kegiatan yang kita lakukan. Mungkin Anda pernah merasakan itu. Menjalani opspek misalnya. Ada kesakitan di sana meskipun tidak terlalu besar. Namun cukup untuk membuat kita mengingat moment-momentnya. Atau dalam pengalaman saya, menjalani pendidikan yang menempatkan diri kita terpapar pada kondisi ekstrim alam lingkungan. Masih teringat jelas semua pengalaman-pengalaman itu, dan membentuk emosi yang mempengaruhi banyak keputusan saya selama bertahun-tahun berikutnya.

Selain melibatkan emosi, ada cara lain untuk mempertahankan ingatan. Mengulanginya secara berkala. Jika Anda pernah membaca buku yang bermanfaat, cobalah ulangi membacanya secara berkala. Sebulan sekali? Tiga bulan sekali? Enam bulan sekali? Karena kalau tidak, itu akan hilang. Saya merasa banyak ingatan saya yang hilang, dan sia-sia. Semacam hilang percuma. Seperti ribuan jam menonton film, atau puluhan buku yang saya baca. Saya harus mengulanginya lagi. Apakah dengan demikian umur saya bertambah pendek?

Cara terakhir yang saya tahu untuk mempertahankan ingatan adalah mencatatnya. Ada manfaat berganda saat kita membaca buku dan mencatatnya. Atau ikut pertemuan dan mencatatnya. Atau perjalanan harian kita dituangkan dalam catatan. Saat catatan itu kita baca kembali, kita akan bersyukur karenanya. Dengan mencatat juga memperkuat ingatan kita meskipun kita tidak membacanya kembali. Karena mencatat butuh kesadaran yang lebih tinggi daripada membaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *