Pernahkah Anda sedang buang air besar, pikiran mengembara, tiba-tiba memperoleh jawaban terhadap masalah yang selama ini mengganggu Anda. Ada yang menyebutnya ilham, atau ‘eureka moment‘. Tapi apakah Anda bisa memperoleh jawaban tanpa pernah menyentuh masalah itu sebelumnya? Misalnya Anda tidak bisa main catur, tiba-tiba dapat ilham langkah-langkah tertentu dalam menaklukkan Grand Master. Tentu tidak bisa, kecuali Anda nabi. Anda sudah harus bermain catur ratusan kali, sebelum dapat momen eureka terhadap langkah-langkahnya. Seperti programmer yang memperoleh jawaban saat melamun, pastinya karena dia sudah punya jam terbang pemrograman sebelumnya.
Otak secara misterius memberikan jawaban lewat ikatan neuron baru. Cara kerjanya ditiru lewat algoritma Neural Network. Setiap ikatan baru terhadap neuron, akan memberikan ‘nuansa’ baru terhadap pengambilan keputusan. Nuansa ini kadang muncul begitu saja saat kondisi kita sedang prima (baca: khusyu’). Kita sebagai pemilik sementara neuron, memiliki tanggung jawab agar nuansa tersebut muncul berdasarkan banyak ikatan yang beragam. Otak kita harus sering dibenturkan dengan paradoks. Hindari narasi yang sudah terpolarisasi. Saat Anda menyukai sesuatu atau seseorang, carilah info yang banyak dari orang-orang yang membencinya.
Perasaan dan emosi dipengaruhi dengan cara yang sama. Jika neuron Anda dikaitkan dengan hal-hal yang menimbulkan kemarahan, maka sering muncul keputusan-keputusan yang mengandung amarah. Makanya sering motivator menyarankan Anda untuk berteman orang yang positif, membaca hal-hal positif sehingga pikiran Anda dipengaruhi oleh hal-hal positif. Sesuai premis di paragraf sebelumnya, memagari kita dengan hal-hal positif juga merupakan polarisasi. Jadi saran saya, jangan melakukannya seperti itu. Latih otak kita agar kadang positif, kadang negatif, sehingga nuansanya selalu berimbang. Bergaul juga cari orang-orang yang ekstrim, yang positif banget dan yang negatif banget. Mari kita jaga paradoks dalam pikiran kita 🙂