Jalan Pedang

miyamoto_musashi.jpgMinggu kemarin cukup bersejarah buat saya. Setelah hampir 12 tahun lalu saat pertama kali masuk, baru sekarang saya dan sekitar 150-an teman lainnya diterima menjadi anggota. Meskipun hanya anggota luar biasa yang tidak punya hak pilih ataupun hak dipilih. Juga dengan nomor anggota yang berbeda urutannya dengan anggota biasa. Tapi tetap memiliki nilai yang tinggi buat saya pribadi.

Kadang saya tidak mengerti, bagaimana sebuah aturan bisa ditegakkan sedemikian rupa, sehingga status administratif bisa menjadi begitu penting bagi seseorang. Mungkin karena nomor keanggotaan begitu sulit diperoleh dan harus menempuh perjuangan selama hampir 3 tahun baru seseorang mendapatkannya. Maka nomor anggota ini menjadi begitu penting, sebagai pengakuan yang final atas segenap perjalanan yang telah dilalui.

Saya ceritakan sedikit tentang prosesnya. Gerbang masuknya adalah Pendidikan Dasar. Pendidikan ini dibuka tiap 2 atau 3 tahun sekali. Untuk bisa ikut pendidikan, harus mengikuti 2 seleksi, yakni seleksi fisik dan psikotes. Seleksi fisik mencakup renang, push up, pull up, sprint dan beberapa seleksi lainnya saya lupa. Kemudian psikotes yang dilakukan dengan standar militer (kalau tidak salah, sebab pelaksanaannya di lingkungan militer).

Selesai seleksi yang memakan waktu 2 hingga 3 bulan, masuk pendidikan. Pendidikannya sendiri sebulan. Mulai dari long march, dan materi praktis berkegiatan di alam terbuka. Dilanjutkan dengan pendidikan di hutan berkelanjutan (flying camp) selama 2 minggu. Lalu diteruskan dengan panjat tebing dan olah raga arus deras (ORAD). Kemudian ke rawa selama 3 hari, dan long march 2 hari. Pelatihan ditutup dengan jungle survival 2 hari dan pelantikan menjadi anggota muda.

Setelah itu dilanjutkan dengan pendalaman keilmuan selama 1 tahun. Berbagai sekolah harus diikuti seperti sekolah gunung hutan, sekolah tebing, sekolah ORAD dan sekolah SAR (Search and Rescue) gunung. Selesai masa sekolah, masuk masa pengembaraan. Kami harus mengembara di gunung dan susur pantai. Jika berhasil melewati ini, dilanjutkan dengan ekspedisi besar yang melibatkan seluruh angkatan. Dulu semua proses telah saya ikuti, kecuali ekspedisi yang makan waktu hingga 3 bulan. Saat itu saya sudah bekerja sehingga tidak mungkin ditinggalkan. Jika ekspedisi selesai, maka dilantik dan mendapatkan nomor anggota.

Dari rangkaian proses itu, semua dari kita memperoleh nilai-nilai dan pengalaman yang sulit disampaikan dengan kata-kata. Tapi kami yang pernah menempuh jalan itu, saling tahu satu sama lain. Jalan yang terjal dan tidak semua orang mau memilihnya.

Pertanyaan yang sering saya terima adalah jika sudah memperoleh nomor anggota lalu apa? Apakah dapat gaji? Apakah dapat sertifikat? Apakah dapat tunjangan seumur hidup? Tidak ada. Yang saya dapatkan adalah nilai-nilai yang tertanam yang terbawa seumur hidup. Sebagaimana jalan pedang yang telah ditempuh oleh Musashi. Itu pilihan. Itu sukarela. Dan itu membawa tanggung jawab diri sendiri buat sekitarnya.

Begitu dalamnya pengalaman itu saya peroleh (dan mungkin juga teman-teman lainnya), meskipun berpisah selama hampir 9-10 tahun, namun rasanya baru seperti kemarin dan semua terekam begitu jelas di lubuk hati. Seperti jalan sufi, jalan pedang adalah jalan yang akan dimengerti oleh orang-orang yang melaluinya. Bukan karena pengertian olah fikir atau olah rasa.

Nama organisasi itu Wanadri. Dan jalan yang ditempuh adalah jalan Wanadri. Tertarik ikut? Sekitar bulan Juni-Juli nanti akan dibuka Pendidikan Dasar Wanadri (PDW), yang hanya ada 2 atau 3 tahun sekali. Kalau mau, bisa tanya langsung. Saya sendiri ikut pendidikan dasar ini di tahun 96, dengan nama angkatan Elang Rawa.

9 tanggapan pada “Jalan Pedang

  • Januari 21, 2008 pukul 3:53 pm
    Permalink

    perasaan pengen ikut tapi apakah masih kuat, jasmani dan rohani, jangan jangan baru ikut sebentar..nanti nyusul basuki…

  • Januari 24, 2008 pukul 5:57 pm
    Permalink

    Kalau badan mah kuat-kuat aja, mungkin bapak akan terheran-heran sendiri dengan batas kekuatan fisik bapak 🙂

  • April 1, 2008 pukul 7:15 pm
    Permalink

    ASli pengen banget ikutan, tapi kondisi fisik gak memungkinkan, fungsi kaki kiri gak lagi sempurna.
    Semoga bisa punya semangat seperti teman-teman W(no anggota_angkatan)

  • April 7, 2008 pukul 6:11 pm
    Permalink

    @abdullah, kenapa nggak dicoba dulu? Fisik bisa dilatih, tapi mental sulit diubah 🙂 tetap semangat ya pak..

  • April 8, 2008 pukul 9:59 am
    Permalink

    kalo dipikir-pikir sama seperti para programmer2 opensource itu. tidak dibayar, bekerja secara sukarela.

    hehehe…

    dulu sempet kepikiran, komunitas IT, komunitas Pencinta Alam / Alam Bebas dan Komunitas Anak Band punya kultur yang agak-agak mirip, yaitu saling berbagi. *gak fokus*

  • Desember 16, 2009 pukul 2:20 pm
    Permalink

    setuju bro….dulu pernah ikutan…walau hanya sampai pendidikan dasar…elang rawa 96

  • Desember 5, 2015 pukul 10:23 am
    Permalink

    Apakah masa ‘mamud’ bisa dilanjutkan setelah lulus kuliah, ketika mengikuti pdw semasa kuliah ?
    Terima kasih😊

  • Desember 7, 2015 pukul 6:45 am
    Permalink

    Tentang program mamud, tergantung dari kebijakan dan mamud. Berbeda-beda tiap angkatan. Prinsipnya, jika ada sedang berhalangan, bisa menginformasikan ke dewan pengurus. Ada angkatan saya yang bernomor pokok KL (angkatan di bawah saya).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *