Beberapa hari yang lalu, saat menggenjot sepeda menuju tempat kerja, saya berpapasan dengan seorang perempuan yang berbedak tebal dan baunya wangi sekali sampai puyeng, meskipun hanya sekelebat. Kenapa perempuan suka sekali dengan bedak, kosmetik dan parfum? Menurut kajian para evolusionis (Halo Mr Dawkins), itu merupakan strategi perempuan untuk menjaring pasangan, naluri alamiah sebagai bagian dari pertahanan hidup dan meneruskan keturunan.
Jika orang kaukasia (bule) ingin berkulit coklat supaya seksi, maka orang Asia ingin berkulit putih supaya seksi. Disimpulkan, keseksian seorang perempuan diukur sejauh mana dia berbeda dengan perempuan-perempuan di lingkungannya. Jika ada segerombolan semut (maaf ya tadinya mau pake analogi sapi, ingat purple cow-nya Seth Godin) yang semuanya berwarna hitam, maka seekor semut merah akan menarik perhatian. Jadi intinya adalah menarik perhatian pejantan 🙂 Ujungnya adalah meneruskan keturunan/bertahan hidup.
Lain lagi dengan lelaki. Dia bisa menarik perhatian perempuan, dengan kekuasaan. Ujungnya adalah bisa memberikan rasa aman bagi anak keturunannya. Jadi seorang laki-laki yang ganteng dan gagah, belum bisa menjadi penarik perhatian perempuan jika tidak bisa memberikan rasa aman. Perempuan lebih suka laki-laki yang pas pasan. Pas mau beli rumah, pas ada duitnya. Pas mau beli mobil, pas ada dananya. Ini sama juga, sebagai bagian dari strategi bertahan hidup/meneruskan keturunan.
Terlepas dari perseteruan ideologis antara kaum evolusionis dengan kaum agamis, saya melihat tidak ada pertentangan di sini. Itu semua adalah blue print yang sudah dipersiapkan secara matang. Semua polanya mirip-mirip. Manusia bisa belajar (baca: membaca) dari alam sekitar. Justru seharusnya menambah tebal kepercayaan terhadap Sang Pembuat Blueprint, meskipun konsep evolusionis tersebut rata-rata didukung oleh para kaum Atheis.
Jadi kembali ke parfum tadi, moral of the storynya adalah, jangan pakai parfum terlalu banyak. Ada sekian persen laki-laki di dunia ini yang puyeng membaui parfum 🙂 Garing forever. Biarin.
Dan ada sekian persen pula perempuan yang puyeng menjurus migren akibat bau parfum kelewat wangi.
wah.. naik sepeda toh ke kantor? berapa kilometer om? dari mana ke mana? masih yang di kalibata itukah? siapa tahu aja bisa barengan naik sepedanya.. hehe.. 😀
@auliahazza, kalau ke mall lewat stand parfum, ngeloyor sambil tutup hidung yak? Jadi inget filem mister bean atau spongebob, yang melewati ruang penyiksaan (lewat stand parfum)
@bn, yang kalibata sudah jadi warnet. Nggak lagi saya pegang. Saya bersepedah dalam kota dalam propinsi, alias di depok. Rute: tanah baru – jl arief rahman hakim PP.
benar pak … persis … hahaha. Satu-satunya parfum yang paling disuka dan ga bikin puyeng adalah rasa bedak bayi. Sayangnya kalau saya yang make, kepala saya mumet tapi kalau dipakai orang lain gpp kepala saya.
Ada satu lagi parfum yang bisa bikin kepala migren yaitu parfum jengkol, petai, dan bau busuk mulut.
Sofyan ntar bisa bareng naik sepeda, lagi nyelengin beli sepeda lipet nih. Jadi kalau ada tebengen, bisa ikut. Pas ndak ada tinggal genjot aja.
@IMW,
ayo mas.. kapan pulang nih.. minggu-minggu bisa balapan di UI 🙂
memang kenyataan
suka diluar harapan …
untuk menarik perhatian pembeli
sering panggangan sate ku minyaki banyak2
biar berasap …
rupanya orang lewat malah tutup hidung rapat2 sambil lari …
dan aku nyumpah
melongo sambil membatin nasib-nasib