Saya ingin memberi tahu sebuah rahasia kecil. Ternyata apa yang membuat kita bahagia, itu tidak ada hubungannya dengan apa yang ada di luar kita. Tapi murni dari pikiran kita. Basi ya? Bayangkan jika di tahun 1970-an, orang bisa hidup bahagia tanpa handphone. Tapi orang-orang di tahun itu mungkin butuh mobil untuk membahagiakan dirinya. Dan tidak ada pengaruh apa-apa meskipun tidak ada handphone. Tapi jaman sekarang, di Jakarta, rasanya seperti datang dari angkasa luar jika tidak punya handphone. Yang belum punya, rasanya inginn sekali punya. Apalagi yang berwarna. Yang ada kameranya. Yang bisa tivi, bisa blutut. Bisa macem-macem deh. Rasanya bahagia jika punya itu. Dan gelisah jika belum punya. Sampai dunia rasanya gelap gulita jika tidak ada handphone.
Kalau dilihat, sebetulnya nggak penting ada handphone atau tidak. Tapi image tentang punya handphone lebih nggaya, lebih bahagia, lebih modern, betul-betul membuat orang merasa memang lebih nggaya, lebih modern dan lebih bahagia jika mengantongi handphone. Padahal citra itu memang dihembuskan, dan tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan kita. Mayoritas manusia memang mendasarkan kebahagiaannya terhadap sesuatu. Entah itu handphone, burung perkutut, istri, anak, suami, anthurium gelombang cinta. Jadi jika bahagianya karena hadirnya sesuatu di luar dirinya, maka ‘sesuatu’ tersebut akan digenggamnya sedemikian rupa, seolah-olah itulah sumber kebahagiannya. Dan di saat hilang dari tangannya, dunia seakan runtuh. Dan gantung diri adalah solusi.
Mengingat semua hal yang ada di sekitar kita itu datang dan pergi, mengapa kita deklarasikan perasaan kita untuk ‘attach’ terhadap ada dan tidaknya hal disekitar kita itu? Jika uang di tabungan menipis, kebutuhan banyak apakah hati menjadi sempit? Gaji belum keluar, anak sakit dan seterusnya, apakah membuat dada menjadi sesak? Jika tabungan bertambah terus, keuntungan berlimpah, apakah perasaan jadi lega. Senang? Mungkinkah hati dan pikiran kita, emosinya tidak tergantung dari ada dan tidaknya ‘sesuatu tersebut’. Jika bisa, maka kita bisa bahagia terus-terusan. Enak terus-terusan. Tidak perlu barang-barang. Tidak perlu definisi.
Bagaimana caranya?
Mantep Mantep… didalam bukan di luar 😉
Inti dari segalanya adalah “Ihklas”
dikasih 5000 ya dijajanin 5000, di kasih 1M ya jangan dikeluarkan semua kalo bisa ditabung kali aja bulan depan ngga dapat rejeki lagi.