Tuan, malam ini saya lihat di tivi. Katanya seorang anak tanggung, SD kelas tiga mungkin. Ia meninggal terseret truk. Mayatnya tidak dikenal hingga keesokan harinya. Ternyata dia adalah salah seorang anak jalanan, yang dikenali oleh bapak singgahnya. Anak yang semasa hidupnya menabung untuk beli tivi buat emaknya. Emak yang entah karena kesulitan ekonomi, atau kesengajaan membiarkannya terdidik di jalanan. Dan menjemput maut di jalanan.
Saya ingat narasi panjangnya Pramoedya. Orang-orang yang dipenjara. Terlupakan lalu mati. Tak sempat dicatat oleh sejarah. Tak sempat ditangisi oleh sanak saudara. Mereka mati begitu saja. Padahal ibunya sudah mengandungnya selama sembilan bulan sepuluh hari. Padahal dia adalah benih pilihan, setelah berjuang melawan jutaan sperma lain yang mati sebelum hidup.
There is no accident, ujar Mr Oogway. Tidak ada kesia-siaan. Every existence has its own purpose, begitu kata Morpheus (kalau nggak salah). Apa tugas mereka? Apakah hanya menjadi kisah yang tertulis di blog nggak mutu ini? Ataukah tamparan bagi muka-muka cengeng yang selalu mengeluh?
Selamat jalan kawan-kawan yang tak pernah aku kenal. Tak pernah muncul di satu buku sejarahpun. Tak ada seorangpun yang menangisi kematian kalian. Duniapun tidak kehilangan kalian. Aku sampaikan salammu buat siapa saja yang merasa mengalami hari yang buruk.