See no evil. Hear no evil. Membaca media saat ini semua terasa baik-baik saja. Paling tidak begitu menurut sebagian besar orang di sekitar. Tapi tetap ada yang mengganggu. Gangguan itu yang mendorong tulisan ini. Sedikit tulisan tentang Simulacra. Frasa tersebut sangat sering dibahas di buku ‘Sebuah Dunia yang Dilipat’, buku favorit saya karangan Bpk Yasraf Amir Pilliang. Lalu dalam film The Matrix, bahasan tentang simulacra juga muncul. Itu terjadi saat Neo menyimpan softwarenya, ada di dalam buku ‘Simulacra and Simulation’, dan terbuka bab ‘on Nihilism’. Konon Wachowski Brothers, sang pembuat The Matrix, sangat terpengaruh oleh buku tersebut.
Simulacra dicetuskan pertama kali oleh Jean Baudrillard, salah seorang filosof Perancis yang terkenal. Simulacra dapat diartikan sebagai tanda/simbol yang dibuat di media atau budaya untuk mempersepsikan realitas.Menurut Baudrillard, pada masyarakat modern, kenyataan telah digantikan oleh simulasi kenyataan, yang hanya diwakili oleh simbol dan tanda.
Lalu apa hubungannya dengan kenyataan sekarang? Kita baru saja melakukan pemilihan presiden. Dengan sistem pemilihan langsung, sebetulnya dapat diprediksi dengan cukup akurat siapa yang akan menjadi pemenang. Bila berkaca, kita bisa belajar dari Indonesian Idol atau Akademi Fantasi. Seringkali, kemampuan tidak terlalu relevan, asal tidak terlalu jelek. Yang penting adalah penampilan dan citra penyanyi. Kontestan anak seorang tukang becak yang tidak punya apa-apa tentu lebih disenangi daripada kontestan dari keluarga kaya.
Faktanya, kontestan yang membangun persepsi paling kuat, adalah pemenangnya. Persepsi itu, meskipun bukan kenyataan yang sebenarnya, diyakin banyak orang sebagai kebenaran. Saat itulah terjadi yang dipercayai sebagai sumber kebenaran bukanlah realitas. Melainkan simulacra. Mulai dari iklan-iklan, penggambaran karakter, penutupan berita satu dan penekanan berita lainnya, adegan telepon, blow up berita hasil pemilihan quick count dan mengabaikan hasil perhitungan KPU yang sebenarnya. Banyak lagi kejadian lain yang memperkuat tesa tersebut.
Apa yang terjadi sebagai efeknya? Masyarakat akan ter-detach (terlepas tautan) dari realitas sekitarnya. Efek lain? Pemegang media adalah pemegang kebenaran.