Mengubah karakter adalah hal yang mustahil. Anda mungkin pernah mendatangi reuni teman-teman SMP, SMA atau kuliah. Beberapa teman Anda terlihat beda secara karakter. Namun banyak teman Anda sifatnya masih sama seperti dulu. Apa yang membedakan? Kenapa sifat seseorang berubah sementara banyak orang lainnya punya sifat yang tidak berubah. Kata orang jawa, ‘watuk iso diobati, nek watak, digowo tekan mati‘. Batuk bisa disembuhkan, tapi kalau watak, dibawa sampai mati.
Banyak literatur menyebutkan bahwa manusia dapat mengubah karakter, bahkan 180 derajat. Yang tadinya pemalu jadi pemberani. Yang pemalas jadi rajin. Dan doyan makan jadi nambah doyan makan 🙂 Atau sebaliknya. Bagaimana karakter bisa berubah?
Bagaimana Karakter Terbentuk
Karakter manusia dibentuk dari keputusan yang dibuat sehari-hari. Dan keputusan sehari-hari ini banyak dilakukan oleh otak bawah sadar. Konon bagian otak yang memproses ini disebut ganglia basal. Ini otak manusia yang paling primitif, dulu digunakan untuk menghindari bahaya/bertahan hidup.
Biasanya saat mencoba hal baru, misal mengendarai sepeda, Anda akan berkonsentrasi penuh menggunakan seluruh sumberdaya otak Anda (bagian ini disebut prefrontal cortex). Tapi saat mencoba kedua dan ketiga kalinya, prefrontal cortex tidak akan dipakai lagi, otak bawah sadar yang mengambil alih. Di sana disimpan memori bagaimana mengendarai sepeda, dan otak ini akan diaktifkan. Termasuk ingatan saat Anda terjatuh, sehingga Anda lebih berhati-hati.
Jadi jika Anda melakukan hal yang sama berkali-kali, lama-lama akan menjadi kebiasaan Anda. Bagian otak sadar Anda jarang dipergunakan, karena sudah otomatis dilakukan oleh ganglia basal. Anda bisa mandi, gosok gigi, ganti baju sambil memikirkan film yang Anda tonton tadi malam. Seperti juga sholat buat muslim, tahu-tahu sudah selesai. Kadang lupa di rakaat berapa. Ini semua otomatis. Dan hidup kita dipenuhi hal-hal yang otomatis tersebut. Kebayang kan kalau hal-hal otomatis kita ternyata nggak bermanfaat?
Contoh:
- Bangun tidur pegang handphone
- Khotbah jumat mulai, langsung tidur, ngantuk nggak ngantuk
- Nggak lapar, tapi beli cemilan saat ke kantor/sekolah, terus dicemil tanpa sadar
Hal-hal di atas juga berlaku untuk kecenderungan bawaan. Misalnya, gampang marah, gampang putus asa. Memang buat sebagian orang, pemicu untuk mengelurkan kebiasaan tersebut lebih mudah, beberapa lain lebih susah. Mungkin ini yang disebut watak bawaan. Tapi, sebagaimana rutinitas mandi dan gosok gigi, semua tersebut dapat diubah. Bagaimana caranya?
Menambah Kebiasaan Baru
Cara yang saya praktekkan, mengikuti petunjuk Charles Duhig. Anda tentukan dulu, ingin menambah kebiasaan baru atau mengganti kebiasaan lama. Pengalaman saya, misalnya ingin badan fit, sehingga perlu olah raga. Jadi saya harus memasukkan rutinitas olah raga dalam keseharian saya.
- Pilih yang mudah dulu
Dari contoh saya, ingin mengubah karakter agar bisa olah raga setiap hari. Kalau saya pilih lari, saya harus menyiapkan sepatu, ganti baju, mengeluarkan motor, pergi ke lapangan dan berlari. Bisa dilihat bahwa untuk melakukan kebiasaan baru tersebut saya harus melakukan banyak hal. Ini yang bikin malas. Jadi saya pilih cara yang paling mudah. Push up 5 kali. Bisa kapan saja, dan tak perlu persiapan khusus. Dan saya tidak berat untuk melakukannya (tidak perlu motivasi khusus). Ini pertama kali saya pilih. - Selipkan dalam kebiasaan yang ada
Selanjutnya, kapan push up itu bisa saya lakukan. Saya harus memilih diantara kebiasaan saya sehari-hari yang menjadi pemicu saya untuk push up. Menurut Duhigg, pemicu ini penting sebagai pengingat. Hal baru kadang kita suka lupa. Saya pilih selesai sholat di rumah. Jadi setiap selesai sholat, saya push up 5 kali. Tidak perlu setiap sholat, karena kadang di masjid jadi nggak bisa melakukan itu. Tapi yang saya ingat, setiap salam, saya selalu ingat bahwa saya harus push up. - Jangan buru-buru menambah meskipun sudah terbiasa
Jika sudah berhasil menyelipkan kebiasaan baru sebagaimana langkah 2, jangan buru-buru ditambah. Dalam contoh di atas, misal ditambah pull up, atau menambah push up menjadi 10x. Penambahan ini dilakukan saat Anda sudah terbiasa dan nyaman. Memang tidak sama untuk semua orang. Tergantung dari reward (semacam balasan yang bersifat positif) yang diterima saat menambah kebiasaan baru tersebut. Dalam contoh di atas, badan terasa lebih fit saat selesai push up. Ini reward bawaan, dan ini harus dipupuk agar bisa ‘kecanduan’. Menurut Duhig, jika tidak ada reward yang konstan dari kebiasaan baru Anda, Anda bisa merancang reward sendiri saat berhasil melakukannya.
Contoh di atas adalah mengubah karakter dengan menambah kebiasaan baru. Lalu bagaimana cara menghilangkan kebiasaan buruk? Pakai cara yang sama. Praktisnya? Mungkin akan saya tulis di bagian lain.
sumber gambar:Â https://me.me/i/reprogram-your-brain-pathways-neuroplasticity-neural-pathways-connect-relatively-distant-15011537