Forking, dalam pengembangan perangkat lunak, terjadi jika terbentuk beberapa cabang proyek baru yang saling berkompetisi, dan masing-masing sulit untuk bertukar kode. Forking lazim terjadi di dalam pengembangan UNIX versi BSD, menjadi FreeBSD, OpenBSD, dan BSDI. Mengapa sampai terjadi forking hingga tiga cabang dalam pengembangan BSD sedangkan di relatif Linux tidak ada?
Percabangan di Linux yang sering terjadi biasanya berupa pseudo forking. Fenomena ini seolah-olah terjadi percabangan dalam pengembangan perangkat lunak padahal tidak. Jika dalam forking, masing-masing fihak tidak dapat saling bertukar kode, maka pada pesudo-forking, masing-masing pihak sebetulnya menggunakan kode-kode dasar yang sama, dan pengembangan masing-masing saling melengkapi. Contoh pseudo-forking ini adalah berkembangnya banyak distribusi Linux.
Lalu, kembali kepada pertanyaan semula, kenapa forking terjadi sangat signifikan pada pengembangan BSD, sementara relatif tidak ada di Linux? Padahal dalam struktur pengembangan perangkat lunak BSD, cenderung terpusat, dan ada otoritas yang mengontrol terjadinya forking. Sedangkan di Linux nyaris tidak ada otoritas (pure Bazaar – meminjam istilah Eric S Raymond).
Harry Spencer, mengemukakan bahwa dalam demokrasi terbuka, revolusionaris yang potensial lebih mudah bekerja di dalam sistem dalam mencapai tujuannya, daripada menyerangnya. Atau jika dianalogikan dengan pasar terbuka, barang yang sampai di konsumen adalah barang yang terbaik. Dan bagi perusahaan besar yang sudah mapan, relatif sulit untuk membuat entri pasar baru. Proses yang terbuka dengan barrier entry yang rendah, akan mendorong partisipasi.
Jadi dalam budaya open source yang bersifat bazaar, semakin sedikit pihak yang memegang otoritas, maka akan semakin dinamis perkembangannya, tanpa ada friksi yang berarti. Perkembangan yang tidak terkontrol telah menemukan bentuknya. Mungkin itu sebabnya mengapa di Linux tidak ada forking yang berarti.
iya saya sangat setuju pak..