Berikut cuplikan tulisan Gunawan Muhamad, saya dapat dari milis..
Hari itu saya duduk minum kopi di salah satu kafe di salah satu mall di
menawarkan Coca-Cola dan kripik kentang.
“Tahukah Tuan,” tanyanya, “jumlah tenaga listrik yang dipakai oleh mesin jenis ini di seluruh Jepang?
Saya menggeleng, dan ia menjawab, Jumlahnya lebih besar ketimbang
jumlah tenaga listrik yang tersedia buat seluruh
Tahukah Anda paradoks lainnya? Berikut data tahun 1998
Consider the global priorities in spending in 1998
Global Priority | $U.S. Billions | Cosmetics in the United States | 8 |
---|---|
Ice cream in Europe | 11 |
Perfumes in Europe and the United States | 12 |
Pet foods in Europe and the United States | 17 |
Business entertainment in Japan | 35 |
Cigarettes in Europe | 50 |
Alcoholic drinks in Europe | 105 |
Narcotics drugs in the world | 400 |
Military spending in the world | 780 |
Bandingkan dengan yang ini:
Global Priority | $U.S. Billions | Basic education for all | 6 |
---|---|
Water and sanitation for all | 9 |
Reproductive health for all women | 12 |
Basic health and nutrition | 13 |
Silakan rujuk di Poverty Facts and Stats
Apa yang bisa kita lakukan terhadap semua itu? Terlalu sulit kata Goenawan. Tapi saya pikir kita bisa mulai dengan apa yang ada di sekitar kita. Bagaimana? Tentang hal itu saya selalu terngiang oleh nasehat Pramoedya Ananta Toer dalam buku wawancara terakhirnya. Meskipun ndak relevan dengan paragraf di atas, tapi saya selalu terngiang kata-kata itu setiap kali ada yang berkeluh kesah tentang dunia yang semakin hancur, penguasa yang lupa, hukum yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, bencana dan banyak kejadian lain yang membuat kita jadi resah. Ingin melakukan sesuatu, tapi semua terlalu jauh untuk dijangkau.
Oh ya, kira-kira berikut nasehat Pramoedya. Untuk mengembalikan harga diri kita kuncinya adalah produksi. Berkaryalah sebanyak yang kamu mampu. Jurnalis buatlah tulisan sebanyak-banyaknya. Pengrajin, buatlah kerajinan sebanyak mungkin. Programmer, buatlah software sebanyak mungkin. Produksi, produksi dan produksi. Buat sesuatu.
Kalau ada yang bilang, ngapain reinvent the wheel tidak perlu gundah. Jika kita bisa membuat wheel yang lebih cocok dengan kebutuhan kita, kenapa tidak?
Itulah cuplikan nggak nyambung hari ini. Usia kepala 3 memang membutuhkan banyak neuron untuk bisa menulis yang komprehensif (ngeles.com)
besar pasak dari pada tiang 😀 *ga nyambung ya? hihi*
keren-keren postingannya.. buat penyegar hidup
salam kenal mas
membaca tulisan ini dari master yang satu ini, bikin saya jadi malu hati… 🙂
di kepala yang masih dua ini koq bisa-bisanya merasa bosen untuk berproduksi…
makasih atas tulisannya yang menggugah mas.. master 😀
master ngeles ya..
“Paradoks”
Pasti saya setuju dengan ‘semangat produksi tersebut’
masalahnya yang dilakukan kebanyakan kita itu produksi’anak’
Gimana nih ngeremnya ? wong hobi sebagian besar surfing porn-site.(saya juga.. tapi secara ngga sengaja..lho mas 🙁 )
salam kenal,
jsop
Hehehe bikin anak itu fitrah mas, upaya untuk mempertahankan spesies 🙂 Kalau itu sulit untuk dihimbau, lha pemerintah aja sampai bikin BKKBN (jadul). Yang sulit tapi masih bisa diubah itu mungkin kebiasaaan yang pengen cepet dapet hasil ya mas. Terima kasih telah berkomentar mas Yockie. Kehormatan buat saya.
Makasih tulisannya Mas.
Ketemu lagi hari Rabu bareng Netsainers yah.
Ilma, trims sudah mampir dan komentar. Sayang saya nggak bisa ikut gabung di 2 event netsains terakhir..