Pada dasarnya tidak ada kehendak bebas. Setiap keputusan yang diambil terjadi karena reaksi kimiawi dalam otak yang menggerakkan otot tertentu untuk bergerak. Reaksi kimia ini dibentuk berdasarkan gen, tekanan evolusi kuno dan mutasi kebetulan. Efeknya adalah keinginan, kehendak bisa dimanipulasi lewat obat, rekayasa genetika, atau stimulasi otak langsung.
Untuk bisa memahaminya, kita harus paham bagaimana keputusan-keputusan itu dibuat dan niat-niat ini muncul. Salah satu yang paling jelas adalah konsep reward (hadiah) and pusnishment (hukuman). Dalam konsep agama, hampir semua memiliki istilah surga dan neraka. Ini adalah stimuli yang paling dasar.
Kebiasaan vs Kehendak
Jika Anda berkehendak untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebiasaan Anda, maka dibutuhkan usaha yang sangat besar. Biasanya hanya berlangsung sebentar, dan Anda kembali kepada kebiasaan lama. Misalnya berkehendak push up 3 kali sehari, tapi Anda selalu lupa. Kalaupun ingat, pas di tengah-tengah nonton film yang seru, sehingga untuk beranjak malas sekali. Dalam hal ini tidak ada kehendak bebas, yang ada adalah kehendak yang dikendalikan oleh kebiasaan.
Karena itu jika Anda berkehendak untuk melakukan sesuatu secara mudah, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengganti kebiasaan yang bisa mendukung kehendak Anda. Dalam contoh di atas, Anda harus melakukan push up ditengah-tengah kebiasaan rutin Anda. Misalnya rutin makan sehari 3 kali, maka sebelum makan, biasakan untuk push up dulu. Atau setelah sholat jika Anda muslim.
Kehendak Bebas dalam The Matrix
Anda tentu ingat film the Matrix. Di situ manusia bergerak, berperan menjadi sesuatu, mengumpulkan kekayaan, berfikir, bertindak. Semua seolah-olah seperti punya kehendak bebas. Namun yang terjadi adalah, setiap gerakan Anda, terikat pada kode-kode yang sudah dibuat sebelumnya dalam the Matrix. Anda hanya bisa bergerak sejauh berada di dalam the Matrix. Anda tidak bisa keluar. Bahkan mengganti aturan main di the Matrix. Dan di situ, Anda tidak benar-benar sadar bahwa Anda berada di dalam the Matrix. Di situ seolah Anda berkehendak bebas. Padahal hanya ilusi.
Memang ada kalanya, Anda harus menelan pil merah dan menemui kebenaran. Kebenaran yang berada di luar the Matrix. Jika Anda bisa keluar, Anda bisa melihat bahwa semua yang terjadi di dalam Matrix, meskipun bisa dirasakan dengan hati dan perasaan bahwa semuanya benar terjadi, itu tidak pernah benar-benar terjadi. Bahkan the Matrix sudah mengalami re-boot beberapa kali.
Dalam konteks dunia, alam fana ini bisa kita bayangkan sebagai Matrix. Dan Anda bisa menemui kebenaran sejati, dengan mencari kebenaran diri secara transenden. Keluar dari kefanaan. Dan tetap menemui, bahwa sebetulnya tidak ada Kehendak Bebas. Semua sudah ada algoritmanya. Rumus-rumus yang sudah ditentukan di Lauhul Mahfudz.