Fokus dan Difus

Konon ada dua state otak kita. Fokus dan difus (diffuse, secara harfiah diterjemahkan membaur atau memancar). Fokus saat seluruh otak kita terpusat pada satu hal. Sedangkan difus saat otak kita mengelana, melamun tak tentu arah. Otak menjalankannya secara bergantian. Kadang saat kita berfokus satu hal, tiba-tiba kita ingat sesuatu, lalu pikiran kita mengembara. Kemudian kita mengingat lagi apa yang ada di depan kita. Selalu begitu.

Kita menganggap otak yang mengembara sebagai sesuatu yang negatif. Kurang konsentrasi. Nggak fokus. Padahal otak kita melakukannya secara otomatis. Saat kita mengalami kebuntuan terhadap apa yang ada di hadapan, maka otomatis otak menggunakannya untuk mengurai masalah-masalah yang sebelumnya tidak terpecahkan. Ini adalah proses kreatif. Karena otak kita mencoba mencari sambungan-sambungan baru. Mengingat-ingat kembali kumpulan fakta yang mungkin membantu memecahkan masalah yang ada di depan. Jadi, kita tidak perlu negatif terhadap diri sendiri saat otak kita mengelana.

Difus

Namun jika pikiran terlalu sering mengembara, mungkin waktu kita menilai kembali apa yang ada di depan kita. Apakah kita jenuh? Apa yang kita lakukan hal yang berulang setiap hari, sehingga pikiran kita bisa melakukannya secara otomatis. Hal ini yang membuat pikiran kita lepas dan mencoba menyelesaikan masalah lain. Atau terlalu sulit. Atau kita melakukan apa yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan. Jadi, kita perlu review kembali apa yang kita fokus hadapi saat ini.

Penyebab kedua pikiran yang terlalu sering mengembara karena ada masalah-masalah yang tidak terpecahkan masih menggantung. Kadang masalah itu sepele, seperti tagihan telat, lupa mengantarkan seseorang dan seterusnya. Jika ditumpuk, akan jadi beban di otak kita. Saat pikiran ingin mengembara, ada banyak yang harus dipecahkan. Dan secara reflek otak akan mencoba menyelesaikan masalah-masalah itu. Otak akan sering difus daripada fokus. Solusinya, selesaikan masalah-masalah, mulai dari yang kecil dulu. Dan, jangan terlalu banyak membaca berita/media sosial karena hanya menambah beban di otak.

Hal lain yang perlu dicatat adalah menyalakan handphone saat senggang. Pada saat kita menyalakan handphone, otak tidak jadi mengembara. Proses kreatif berhenti, dan waktu kita habis menggeser-geser timeline. Pada saat itu terjadi, hanya prefrontal cortex yang bekerja, mencari kejutan-kejutan baru, dan efektif tidak ada bagian otak lain kita yang bekerja. Bahkan jika yang kita lihat hal yang mengganggu, hal itu malah menyenggol amigdala dan meningkatkan stres. Jadi, untuk proses kreatif, kesehatan otak dan kesehatan mental kita, gunakan handphone jika perlu. Luangkan waktu untuk melamun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *